Pages

Labels

About

Selasa, 22 Maret 2011

TRI HITA KARANA

TRI HITA KARANA





Oleh :
NYOMAN WIRAJANA DHARMA ANTARA
010110A90

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SETIKS NGUDI WALUYO
UNGGARAN
2010



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh. Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keaneka ragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi. Pada dasarnya hakikat ajaran Tri Hita Karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam sekeliling, dan hubungan dengan ke Tuhanan yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan mengekang dari pada segala tindakan berekses buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai. Hubungan antara manusia dengan alam lingkungan perlu terjalin secara harmonis, bilamana keharmonisan tersebut di rusak oleh tangan-tangan jahil, bukan mustahil alam akan murka dan memusuhinya. Jangan salahkan bilamana terjadi musibah, kalau ulah manusia suka merusak alam lingkungan. Tidak disadari bahwa alam lingkungan telah memberikan kebebasan kepada manusia untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya guna kesejahteraan hidupnya.
Hakikat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan nya, manusia dengan alam lingkungannya, dan manusia dengan sesamanya. Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan individualisme dan materialisme. Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang mendorong konsumerisme, pertikaian dan gejolak.
Selain itu, Masyarakat Bali mengajarkan masyarakatnya dan memegang teguh konsep Tri Hita Karana (konsep ajaran dalam agama hindu), dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tri berarti tiga dan hita karana berarti penyebab kebahagiaan untuk mencapai keseimbangan dan keharmonisan. Tri Hita Karana terdiri dari: Perahyangan yaitu hubungan yang seimbang antara manusia dengan Tuhan yang Maha Esa, Pawongan artinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia lainnya, dan Palemahan artinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya sebagai bahan eksplorasi berkarya fotografi seni.
Banyak seniman-seniman Bali yang menggunakan tema berdasarkan Tri Hita Karana,hal ini disebabkan karena Tri Hita Karana secara visual merupakan sebuah konsep yang sangat menumental dan bersifat adiluhung. Pancaran nilai estetik yang sangat tinggi memberikan daya tarik yang sangat kuat bagi para seniman Bali untuk mengangkatnya sebagai sumber inspirasi dalam proses penciptaannya. Pencipta sangat tertarik mengangkat Tri Hita Karana di Bali sebagai sumber ide penciptaan karya seni karena upacara-upacaranya sangat unik dan ertistik dengan penuh variasi yang ditemukan dalam setiap upacara-upacara yang ada di Bali.
Originalitas dalam penciptaan karya ini adalah tidak meniru sebuah karya yang telah ada, tetapi menciptakan sebuah karya fotografi seni dengan sumber ide dari aktifitas upacara masyarakat desa Tenganan Pegringsingan yang berlandaskan Tri Hita Karana.
Dengan demikian betapa perlunya kita untuk mengamalkan Tri Hita Karana. Untuk menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan,manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkunan.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah dari latar belakang tersebut adalah:
1. Apa pengertian Tri Hita Karana?
2. Apa saja bagian-bagian dari Tri Hita Karana beserta penjelasannya?
3. Contoh penerapan Tri Hita Karana di kehidupan sehari-hari!
4. Apa tujuan Tri Hita Karana?
5. Bagaimana cara kita bertanggung jawab terhadap lingkungan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Kita data mengetahui pengertian dari Tri Hita Karana.
2. Kita mengetahui bagian-bagian dari Tri Hita Karana.
3. Mengetahui peneraan Tri Hita Karana di kehidupan sehari-hari.
4. Mengetahui tujuan Tri Hita Karana.
5. Mengetahui cara untuk menjaga alam dan lingkungan.















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tri Hita Karana
Istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul pada tanggal 11 Nopember 1966, pada waktu diselenggarakan Konferensi Daerah l Badan Perjuangan Umat Hindu Bali bertempat di Perguruan Dwijendra Denpasar. Konferensi tersebut diadakan berlandaskan kesadaran umat Hindu akan dharmanya untuk berperan serta dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Kemudian istilah Tri Hita Karana ini berkembang, meluas, dan memasyarakat.
Tri Hita Karana bersifat universal merupakan landasan hidup menuju kebahagiaan lahir dan batin. Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan. (Tri = tiga, Hita = sejahtera, Karana = penyebab). Tri Hita Karana ,berasal dari bahasa sansekerta. Pengertian Tri Hita Karana adalah tiga hal pokok yang menyebabkan kesejahteraan dan kemakmuran hidup manusia. Konsep ini muncul berkaitan erat dengan keberadaan hidup bermasyarakat di Bali. Berawal dari pola hidup ini muncul dan berkaitan dengan terwujudnya suatu desa adat di Bali. Bukan saja berakibat terwujudnya persekutuan teritorial dan persekutuan hidup atas kepentingan bersama dalam bermasyaraakat, juga merupakan persekutuan dalam kesamaan kepercayaan untuk memuja Tuhan atau Sang Hyang Widhi. Dengan demikian suatu ciri khas desa adat di Bali minimal mempunyai tiga unsur pokok,yakni : Wilayah, Masyarakat dan Tempat Suci untuk memuja Tuhan/Sang Hyang Widhi. Perpaduan tiga unsur itu secara harmonis sebagai landasan untuk terciptanya rasa hidup yang nyaman, tenteram, dan damai secara lahiriah maupun bathiniah.

2.2 Bagian-bagian Tri Hita Karana
2.2.1. Parhyangan
Parhyangan adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan (Sang Hyang Widhi Wasa).
2.2.2. Pawongan
Pawongan adalah manusia dengan manusia. Manusia yang bersifat individu maupun social sehingga memerlukan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
2.2.3. Palemahan
Palemahan dalam arti yang luas,sebagai tempat manusia itu tinggal dan berkembang sesuai dengan kodratnya termasuk sarwa prani.
Dengan terjadinya hubunga yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam, maka sebagai penyebab terjadinya atau tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan bersama.
Dari uraian konsep Tri Hita Karana dapat disimak dua pengertian yang saling berkaitan yaitu:
a. Pengertian Buana Agung
Buana Agung berarti alam yang besar, jagat raya dan sering juga disebut makrokosmos. Semua gugusan matahari, bintang, planet ,bumi, bulan yang menjadi isi alam semesta ini disebut Buana Agung.
Tuhan adalah jiwa dari jagat raya ini sehingga Tuhan sering diberikan gelar Seru Sekalian Alam. Akibat Tuhan memberikan jiwa pada ciptaannya maka Tuhan juga yang mengatur gerak atau peredaran alam semesta ini.
b. Buana Alit
Buana alit artinya dunia kecil atau sering juga disebut mikrokosmos. Sebagai contoh makhluk hidup yang disebut mikrokosmos adalah manusia.

2.3 Penerapan Tri Hita Karana
Ketimpangan hubungan Tri Hita Karana dapat menimbulkan becana yang membahayakan kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai disamping memberikan dampak kekuatan hidup, juga memberikan dampak merugikan. Oleh karena alam tempat hidup manusia dan sarwa prani diperas habis-habisan untuk kepentingan kenikmatan kehidupan manusia. Keseimbangan yang diciptakan oleh Tri Hita Karana didukung oleh ergonomi karena ergonomi merupakan ilmu, seni dan teknologi yang berupaya menyerasikan alat, cara dan lingkugan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat bekerja secara optimal.
Dari pandangan ergonomi bahwa lingkungan atau kondisi harus seimbang, hutan lindung harus lestari agar lingkungan kerja tidak terlalu panas, bising, lembab, cuaca buruk dan lain sebagainya.


2.3.1 Parhyangan


Penerapan dari prahyangan dapat ditujukan dengan upaya – upaya pelaksanaan Dewa Yadnya. Karena Prahyangan itu merupakan hubungan antara manusia dengan Tuhan, maka penerapannya dapat dilaksanakan dengan Dewa Yadnya. Misalnya dengan membersihkan pura-pura, rajin sembahyang dan juga dengan melaksanakan ajaran-ajaran agama dan menjauhi larangan-larangan Tuhan. Penerapan parhyangan di tingkat daerah adalah berupa Kahyangan Jagat. Sesuai arti harafiahnya, Pura Kahyangan Jagat adalah pura yang universal. Seluruh umat ciptaan Tuhan sejagat boleh bersembahyang ke sana. Pura Kahyangan Jagat tersebar di seluruh dunia. Di Bali karena berkaitan dengan sejarah yang berusia panjang, pura Kahyangan Jagat digolong-golongkan dengan beberapa kerangka (konsepsi). Misalnya kerangka Rwa Bineda, kerangka Catur Loka Pala dan sebagainya.
Pura Kahyangan Rwa Bineda seperti :
 Purusa ( lambang laki- laki ) seperti pura Besakih (terdapat di karangasem, Bali)
 Pradana (lambang perempuan) seperti Pura Ulundanau Batur (terdapat di bangli, Bali)

Umumnya, yang kita sebut dengan jagat, sesuai dengan pengertian leluhur kita adalah Bali. Padahal kini kebanyakan dari kita berpandangan jagat adalah dunia, bahkan ada yang langsung berasumsi bahwa jagat adalah kawasan semesta, lengkap dengan seluruh konstelasi bintang, nebula, komet sampai lubang hitam.
Sedangkan di tingkat desa berupa Kahyangan Tiga. Secara etimologi kata Kahyangan Tiga terdiri dari dua kata yaitu kahyangan dan tiga. Kahyangan berasal dari kata hyang yang berarti suci mendapat awalan ka dan akhiran an, an menunjukkan tempat dan tiga artinya tiga. Arti selengkapnya adalah tiga buah tempat suci, yaitu Pura Desa atau disebut pula Pura Bale Agung, Pura Puseh dan yang ketiga adalah Pura Dalem.
Desa adat sebagai lembaga sosial tradisional adalah pengelompokan sosial berdasarkan kesatuan teritorial ditandai mereka bertempat tinggal dalam wilayah yang sama, mempunyai tugas dalam kegiatan gotong royong dan melaksanakan tugas pasukadukaan. Pengelompokan yang lain berdasarkan genealogis seperti apa yang disebut tunggal kawitan, tunggal sanggah, pengelompokan sosial yang disebut sisya yang didasarkan atas siapa yang dijadikan pimpinan di dalam suatu upacara keagamaan. Lembaga sosial tradisional yang lain adalah subak (kesatuan petani yang sawahnya menerima air dari satu sumber irigasi yang sama), dan sekaha (kesatuan sukarela). Keseluruhan lembaga tradisional tadi sangat fungsional bagi upaya pelestarian dan penyelarasan kebudayaan Bali yang dibangun atas dasar landasan konsepsi Tri Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan hidup) yaitu parhyangan (tempat pemujaan), pawongan (manusia), dan pelemahan( wilayah).
Kahyangan Tiga merupakan salah satu unsur dari Tri Hita Karana yaitu unsur parhyangan dari setiap desa adat di Bali. Pada Kahyangan Tiga masyarakat desa memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk desa dan masyarakatnya. Unsur yang ke dua dan tiga dari Tri Hita Karana disebut dengan pelemahan dan pawongan. Dengan demikian maka di dalam mewujudkan rasa aman, tentram, sejahtera lahir batin dalam kehidupan desa adat berlandaskan tiga hubungan harmonis yaitu hubungan manusia dengan alam atau hubungan krama desa dengan wilayah desa adat, hubungan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya dalam desa adat dan hubungan krama desa dengan Hyang Widi sebagai pelindung. Inilah yang dinamakan Trihita Karana dalam desa adat di Bali.
Dengan tercakupnya unsur ketuhanan dalam kehidupan desa adat di Bali, maka desa adat di Bali mencakup pula pengertian sosio-religius. Maka dari itu perpaduan antara adat dengan agama Hindu di Bali adalah erat sekali sehingga sulit memisahkan secara tegas unsur-unsur adat dengan unsur agama, karena adat-istiadat di Bali dijiwai oleh agama Hindu dan aktivitas agama Hindu didukung oleh adat istiadat di masyarakat.
2.3.2. Pawongan

Contoh penerapan pawongan adalah terjaga dan terjalinnya hubunan yang baik antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Hal ini dapat muncul dengan adanya sikap tenggang rasa saling memiliki antara umat beragama, saling menghargai dan saling tolong- menolong dengan setiap orang. Jika hal tersebut telah dilaksanakan maka akan terciptalah hubungan yang harmonis dan selaras antara masyarakat baik itu yang sama agamanya maupun yang berbeda agama. Dengan saling menjaga hubungan yang baik antar manusia maka manusia tersebut akan dapat menciptakan suasana kehidupan yang aman, nyaman damai dan tentram. Sehingga tujuan hidup manusia dapat terpenuhi dengan baik.
2.3.3. Palemahan


Palemahan merupakan hubungan manusia dengan alam lingkungannya. Seperti yang kita ketahui sekarang ini telah banyak terjadi bencana alam. Hal ini sebenarnya disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Kita hendaknya tetap menjaga kelestarian alam agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan seperti bencana alam yang terjadi kebanyakan ini. Kita harus menjaga kebersihan alam kita tidak boleh hanya menguras isi alam itu saja dan tidak memperhatikannya. Kita sebagai manusia hendaknya dapat membedakan mana sebaiknya yang mesti kita lakukan dan mana yang tidak patut untuk dilakukan. Agar Tuhan tidak murka, maka kita harus menjaga ciptaanNya dengan baik. Alam ini merupakan ciptaan Tuhan yang patut untuk dijaga kelestariannya.

2.4. Tujuan Tri Hita Karana
Desa Pakraman yang merupakan komunitas Hindu-Bali dibangun dengan kepercayaan Tri Murti di mana Ida Sanghyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai Brahma, Wisnu, dan Siwa. Pura Desa tempat istana Dewa Brahma, Pura Puseh tempat istana Dewa Wisnu dan Pura Dalem tempat istana Siwa.
Atas dasar itu dikembangkan pula konsep Tri Hita Karana yang mengambil peranan manusia sebagai sentral atau penentu terwujudnya kebaikan dan kesejahteraan.
Tri Hita Karana bermakna sebagai tiga hal yang mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan yakni Parhyangan, yaitu hubungan yang harmonis dan seimbang antara manusia dengan Tuhan, Pawongan, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesama manusia, dan Palemahan, yaitu hubungan yang harmonis dan seimbang antara manusia dengan alam.
Kaitan Tri Hita Karana dengan falsafah Tri Murti, Tri Kahyangan, dan Tri Kaya Parisudha, adalah untuk mencapai tujuan hidup yang sejahtera lahir dan bathin (mokshartam jagaditaya ca iti dharmah), manusia hendaknya mampu melaksanakan Tri Kaya Parisudha: pikiran yang baik, perkataan yang baik dan benar, dan perbuatan yang baik untuk dapat terwujud kesehatan jasmani dan rohani.
Bali yang sejak abad ke-11 ditata dengan konsep-konsep Mpu Kuturan seperti itu berhasil mencapai zaman keemasan yang memuncak pada masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong (1460 – 1550).
Sebagai rasa bhakti dan terima kasih atas jasa-jasa Mpu Kuturan yang telah menata kehidupan rakyat Bali, maka di setiap Pura dan Sanggah Pamerajan dibangunlah pelinggih Manjangan Saluwang sebagai stana dan pemujaan pada Mpu Kuturan. Upaya manusia untuk menjaga kelestarian alam (palemahan) tidak mungkin dapat terwujud dengan baik bila ia melupakan bhakti kepada Tuhan (parhyangan), dan tidak menebarkan cinta kasih kepada sesama umat manusia (pawongan).
Oleh karena umat manusia sedunia heterogen dalam artian memeluk berbagai agama dan kepercayaan, maka konsep Tri Hita Karana dapat saja disesuaikan dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
Kitab suci dari berbagai agama mungkin saja telah menyebutkan hal itu, atau mungkin lebih tegas lagi bahwa: Bila manusia merusak alam atau lingkungan, maka alampun akan menghancurkan manusia. Ini adalah hubungan sebab akibat yang sangat logis, dengan mencari berbagai contoh bencana-bencana alam yang disebabkan karena ulah manusia.
Perubahan iklim dunia (World climate change) bersumber pada perusakan alam oleh teknologi modern manusia. Alam yang dimaksud, adalah alam semesta meliputi daratan, lautan, angkasa, dan atmosfir. Perusakan daratan terjadi karena pertambahan penduduk dunia yang mengakibatkan berkurangnya daerah hijauan hutan dan tanaman.
Intinya tujuan dari Tri Hita Karana itu adalah untuk menjaga segala unsur-unsur yang ada di alam ini baik itu unsur biotik maupun abiotik. Selain itu Tri Hita Karana juga digunakan untuk menjaga keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia serta hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya.

2.5. Cara Menjaga Kelestarian Alam
Alam memiliki kemampuan untuk memberikan kehidupan bagi penduduk dunia. Kemampuan (potensi) yang ada pada alam untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia alam atau natural resources bumi dengan segala isinya yang terkandung di dalmanya disebut pula dengan alam dunia. Bila kita perhatikan alam dunia dapat dikelompokkan atas 5 bagian yang berupa:

a) Atmosfer, lapisan udara yang mengelilingi bumi.
b) Hidrosfer, lapisan air yang ada di bumi berupa laut, danau, sungai, rawa, air tanah, es, dan air di atmosfer.
c) Litosfer, lapisan batuan yang menyusun kulit bumi termasuk di dalam tanah.
d) Biosfer, kehidupan di bumi yang terdiri dari tumbuhan dan binatang.
e) Antroposfer, yaitu manusia (penduduk bumi).
Semua itu merupakan sumber kehidupan bagi manusia kesemuanya memiliki potensi yang saling berkait dalam mendukung kehidupan penduduk dunia yang terus bertambah, potensi alam dunia yang tersedia jumlahnya amat banyak dan beraneka ragam. Mineral, energi, tumbuhan binatang, udara, iklim, air, bentang alam berupa dataran, pegunungan , bahkan gurunpun memiliki potensi untuk mendukung kehidupan penduduk dunia asalkan manusia mampu memanfaatkannya dengan baik.
Usaha yang dapat dilakukan manusia untuk menjaga kesehatan manusia dan menjaga kelestarian alam adalah:
1). Pengolahan air limbah dan penertiban pembuangan sampah
Setiap pabrik harus mengolah air limbahnya sebelum dibuang karena limbah pabrik biasanya mengandung zat-zat kimia.
Kebiasaan masayarakat membuang sampah disaluran air, sungai, atau selokan adalah kebiasaan yang harus dirubah. Hal itu perlu dicegah sedini mungkin untuk menghindari terjadinya pencemaran air.
2). Program kali bersih (prokasih)
Program kali bersih mempunyai tujuan utama untuk menurunkan atau mengurangi beban pencemaran perairan sungai, khususnya limbah industri yang banyak mengandung zat-zat kimia beracun.
3). Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Pengelolaan DAS menekankan usaha konservasi pertanian lahan kering, peningkatan pendapatan masyarakat melalui peningkatan lahan kering, peningkatan diluar sector pertanian, perlindungan daerah nonbudi daya, pengembangan irigasi, dan pengendalian bahaya banjir.
4). Pengelolaan lautan dan daerah pesisir.
Usaha mengelola lautan dan daerah peisir hendaknya memperhatikan kebijaksanaan sebagai berikut.
Itulah usaha – usaha yang sudah dan harus dilakukan oleh manusia untuk menjaga kelestarian dan kesehatan potensi alam dunia.












BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tri Hita Karana adalah Tiga hubungan yang menyebabkan terjadinya kebahagiaan. Unsur-unsur dari Tri Hita Karana yaitu antara lain:
1). Parhyangan, yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan.
2). Pawongan, yaitu hubungan antara manusia dengan manusia.
3). Palemahan, yaitu hubungan antara manusia dengan alam.
Tujuan adanya Tri Hita Karana yaitu agar terciptanya kehiduan yang aman, nyaman dan sejahtera antara manusia dengan buana agung maupun buana alit. Dengan demikian manusia harus senantiasa menjaga keselarasan hubungannya dengan Tuhan, sesame manusia serta lingkungan tempat hidupnya.
3.2 Saran-saran
Dengan adanya makalah ini, disarankan kepada pembaca agar bersedia untuk membaca makalah ini. Dalam rangka menambah wawasan pengetahuan kita utamanya tentang keagamaan. Dan pada khususnya pengetahuan mengenai Tri Hita Karana. Untuk itu disarankan agar bersedia memberikan kritik maupun sarannya demi kelengkapan makalah ini.





Daftar Pustaka
Karmini,Ni Wayan,dkk.200.Agama Hindu.Jakarta:Ganeca Exact.
Sujana,S.Pd, I Wayan Inporman : 09 Maret 2011

1 komentar: